Rabu, 03 Desember 2008

“ INSEKTISIDA PIRETROID (D-ALLETHRIN)“



I. PENDAHULUAN

Dalam upaya manusia meningkatkan kesejahteraanya, berbagai usaha yang ditempuh agar menghasilkan mutu kesehatan yang optimal, sebagai salah satu syarat bagi pencapaian mutu kehidupan yang baik. Namun apa yang didambakan tidak senantiasa dapat diraih, bahkan sering kali dihadapkan dengan gangguan dan hambatan yang menimbulkan kerugian yang diakibatkan oleh persaingan dengan unsur-unsur hayati seperti serangga, gulma (weeds), binatang pengerat (rodentia) dan sebagainya. Lingkungan pemukiman manusia yang umum berupa suatu kompleks bangunan tempat tinggal berikut berbagai fasilitas yang berhubungan dengan hajat hidupnya, termasuk juga jalan, selokan, tanaman pekarangan dan hewan-hewan peliharaannya, merupakan sebuah ekosistem tersendiri yang unik. Hewan-hewan ini hidup dari tanaman dan hewan budidaya manusia bahkan ada yang mangganggu manusia. Berbagai upaya berdasarkan pertimbangan ekonomi, ekologi, dan sosio-budaya telah diusahakan manusia untuk menekan seminimum mungkin gangguan dan kerugian yang ditimbulkan oleh organisme yang merugikan ini. Penggunaan pestisida termasuk didalamnya insektisida untuk mengatasi masalah hama dan penyakit merupakan salah satu diantara berbagai cara yang dilakukan. Dengan kata lain penggunaan insektisida merupakan salah satu strategi manajemen dalam pengendalian hama secara terpadu.
Karena insektisida adalah racun yang mempengaruhi kehidupan organisme bukan sasaran, penggunaannya harus didasarkan atas pertimbangan ekologis yang sangat bijaksana. Penggunaan insektisida merupakan taktik atau strategi yang bersifat darurat. Keadaan darurat yang dimaksud adalah jika terjadi hal-hal yang dapat menghambat pembangunan dan kesejahteraan serta kesehatan dalam skala yang luas bagi manusia, misalnya bawah hama ternak, wabah demam berdarah, kolera, typoid dan lain-lain.
Namun dalam kenyataan menunjukkan bahwa insektisida merupakan obat anti nyamuk yang diperjualbelikan secara bebas. Seperti insektisida golongan pyrethroid yang mirip dengan senyawa pirethrin yang pada generasi pertama dihasilkan Allethrin atau D-allethrin.
Penelitian terhadap sintesa senyawa yang mirip piretrin dimulai sejak tahun 1940-an. Adanya kekawatiran akan pasokan yang sangat bergantung pada alam, harga mahal dan usaha untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan piretrin, memaksa pengembangan piretroid dilakukan. Piretroid pertama, aletrin (Pynamin), dikembangkan pada tahun 1949 yang proses sintesanya masih sangat kompleks, melibatkan 22 reaksi.
Penemuan piretroid merupakan terobosan yang penting dalam dunia insektisida, karena memiliki sejumlah karakteristik penting yaitu; (a) bekerja cepat pada serangga (Knockdown dan flushing), (b) repelen, (c) aplikasi dosis rendah, (d) Toksisitas mamalia relative rendah (e) tidak berbau, (f) non-residual (untuk generasi pertama), (g) residual jangka panjang, (h) kelarutan dalam air rendah, dan (j) toksik terhadap ikan.
Mengingat banyaknya jenis insektisida yang biasa digunakan dalam pengendalian hama pemukiman maka penulis memfokus kan dengan masalah insektisida golongan pyrethroid terutama pada generasi awal yaitu allethrin.

Insektisida


I. PENDAHULUAN

Insektisida berasal dari kata Insect, yang berarti serangga dan –cide artinya membunuh. Secara harfiah insectisida membunuh atau mengendalikan serangga hama. Namun, pemahaman ini sekarang diperluas untuk memenuhi perkembangan teknologi dalam pengendalian serangga hama. Namun, pemahaman ini sekarang diperluas untuk memenuhi perkembangan teknologi dalam pengendalian serangga hama era modern ini. Hal ini disebabkan oleh fakta – fakta yang ada yaitu Pertama, insektisida tidak selalu berupa bahan kimia. Misalnya Bacillus thuringiensis var israelenses dan Bacillus Sphaericus adalah bakteri – bakteri yang digunakan dalam pengendalian larva nyamuk di air. Bahkan cendawan seperti Metarhizium anisopliae digunakan dalam pengendalian rayap. Bakteri dan cendawan bukanlah bahan kimia. Kedua, pengertian insektisida yang berarti “ membunuh” hama menjadi terlalu sederhana. Karena pada perkembangannya banyak insektisida yang bekerja dengan cara “ tidak membunuh “, namun dengan cara lain seperti menarik, mengusir, menghalau (repel) atau mengatur pertumbuhan serangga.
Dari kedua alasan tersebut pengertian insektisida menjadi sangat luas, yaitu semua “ bahan “ atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah, merusak, menolak, atau mengurangi serangga hama. Pengertian “ Bahan “ dapat berupa bahan kimiawi maupun bahan non kimiawi.
Manusia telah menghuni bumi selama ribuan tahun, namun serangga telah menghuni bumi ini 250 juta tahun. Nenek moyang kita dimasa lalu membuat asap dan melumuri badan dengan lumpur dan debu untuk mengurangi atau menhindari gigitan serangga pengganggu. Demikian halnya juga yang dilakukan oleh binatang ternak seperti sapi, kerbau, kuda. Pada era modern ini pendekatan pengendalian yang dilakukan nenek moyang kita tersebut digolongkan sebagai repelen. Catatan sejarah hingga kurun 1000 SM, menunjukan bahwa insektisida tertua belerang sebagai fumigant.
Hingga awal Perang Dunia II (1940), pilihan insektisida terbatas pada arsenic, minyak bumi, nikotin, piretrum, rotenone, belerang dan hydrogen sianida. Namun, Perang Dunia II telah membuka era modern program pengendalian kimiawi dengan insektisida organic sintetik. Insektisida organic sintetik yang pertama ditemukan adalah DDT, yang selanjutnya menjadi sangat popular dalam pengendalian serangga vector penyakit maupun untuk industry pertanian didunia.
Industri pengendalian hama permukiman (PHP) merupakan industry baru pengendalain hama dibandingkan dengan industry pertanian maupun pengendalian vector penyakit, dan kebanyakan insektisida yang digunakan pada PHP juga digunakan di Industri pertanian.