I. PENDAHULUAN
Dalam upaya manusia meningkatkan kesejahteraanya, berbagai usaha yang ditempuh agar menghasilkan mutu kesehatan yang optimal, sebagai salah satu syarat bagi pencapaian mutu kehidupan yang baik. Namun apa yang didambakan tidak senantiasa dapat diraih, bahkan sering kali dihadapkan dengan gangguan dan hambatan yang menimbulkan kerugian yang diakibatkan oleh persaingan dengan unsur-unsur hayati seperti serangga, gulma (weeds), binatang pengerat (rodentia) dan sebagainya. Lingkungan pemukiman manusia yang umum berupa suatu kompleks bangunan tempat tinggal berikut berbagai fasilitas yang berhubungan dengan hajat hidupnya, termasuk juga jalan, selokan, tanaman pekarangan dan hewan-hewan peliharaannya, merupakan sebuah ekosistem tersendiri yang unik. Hewan-hewan ini hidup dari tanaman dan hewan budidaya manusia bahkan ada yang mangganggu manusia. Berbagai upaya berdasarkan pertimbangan ekonomi, ekologi, dan sosio-budaya telah diusahakan manusia untuk menekan seminimum mungkin gangguan dan kerugian yang ditimbulkan oleh organisme yang merugikan ini. Penggunaan pestisida termasuk didalamnya insektisida untuk mengatasi masalah hama dan penyakit merupakan salah satu diantara berbagai cara yang dilakukan. Dengan kata lain penggunaan insektisida merupakan salah satu strategi manajemen dalam pengendalian hama secara terpadu.
Karena insektisida adalah racun yang mempengaruhi kehidupan organisme bukan sasaran, penggunaannya harus didasarkan atas pertimbangan ekologis yang sangat bijaksana. Penggunaan insektisida merupakan taktik atau strategi yang bersifat darurat. Keadaan darurat yang dimaksud adalah jika terjadi hal-hal yang dapat menghambat pembangunan dan kesejahteraan serta kesehatan dalam skala yang luas bagi manusia, misalnya bawah hama ternak, wabah demam berdarah, kolera, typoid dan lain-lain.
Namun dalam kenyataan menunjukkan bahwa insektisida merupakan obat anti nyamuk yang diperjualbelikan secara bebas. Seperti insektisida golongan pyrethroid yang mirip dengan senyawa pirethrin yang pada generasi pertama dihasilkan Allethrin atau D-allethrin.
Penelitian terhadap sintesa senyawa yang mirip piretrin dimulai sejak tahun 1940-an. Adanya kekawatiran akan pasokan yang sangat bergantung pada alam, harga mahal dan usaha untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan piretrin, memaksa pengembangan piretroid dilakukan. Piretroid pertama, aletrin (Pynamin), dikembangkan pada tahun 1949 yang proses sintesanya masih sangat kompleks, melibatkan 22 reaksi.
Penemuan piretroid merupakan terobosan yang penting dalam dunia insektisida, karena memiliki sejumlah karakteristik penting yaitu; (a) bekerja cepat pada serangga (Knockdown dan flushing), (b) repelen, (c) aplikasi dosis rendah, (d) Toksisitas mamalia relative rendah (e) tidak berbau, (f) non-residual (untuk generasi pertama), (g) residual jangka panjang, (h) kelarutan dalam air rendah, dan (j) toksik terhadap ikan.
Mengingat banyaknya jenis insektisida yang biasa digunakan dalam pengendalian hama pemukiman maka penulis memfokus kan dengan masalah insektisida golongan pyrethroid terutama pada generasi awal yaitu allethrin.